Rabu, 04 Februari 2009

Temu Karya Teater VIII Jawa Timur ൨൦൦൯ Teater RODA Unisda

Temu karya teater Jawa Timur tampaknya telah menjadi tradisi perhelatan seni di Lamongan. Dalam tradisi ada suatu keajegan dan kebersamaan. Menjaga tradisi memang tidak begitu mudah, bisa jadi suatu tradisi akan menjebak kita pada sikap berpikir tunggal.

Karena itu suatu tradisi tidak perlu disikapi secara konserfatif. Ia semestinya tumbuh menjadi suatu yang membuat kerinduan, kebutuhkan dan bersama-sama merasa hidup di dalamnya. Apakah temu karya teater telah membuat kerinduan, atau membuat kita merasa ada didalamnya atau sebaliknya? Atau temu karya teater tidak begitu penting bagi kita? Kalau ada sikap ketidakpastian ini. Apakah temu karya teater bisa diklaim sebagai semacam ikon budaya yang ditunggu-tunggu secara luas?

Itulah persoalanya bagaimana temu karya teater menjadi peristiwa budaya yang selalu dirindukan dan dibutuhkan, tentu tidak hanya untuk masyarakat Lamongan yang merindukan dan membutuhkannya. Tapi masyarakat di luar pun merasa tersedot perhatianya, karena temu karya teater telah menjelma semacam kutub yang menciptakan medan magnet yang sangat kuat. Untuk itu temu karya teater harus didesain sebagai perhelatan budaya yang menyemburkan aura.

Aura secara fisikal memang bisa dibaca sebagai tanda, kode atau simbol dan ia akan menjelma menjadi suatu kekhasan, ciri atau identitas.

Temu karya teater adalah salah satu bentuk pilihan untuk menciptakan aura budaya.

Temu karya teater ada bukan hanya sekadar event, tapi ia ada memang memiliki esensi (filosofi), isi (bobot materi), kreasi (daya cipta) dan urgensi (kontekstual).

Tanpa pertimbangan hal tersebut, temu karya teater akan bergantung pada otoritas peristiwa di luar dirinya.

Temu karya teater sudah saatnya didesain sebagai pelataran budaya yang merujuk pada wacana dan praktek berkesenian.

Kesenian dewasa ini belum mampu memberi makna yang berarti Maka kehadiranya dilatarbelakangi oleh suatu frame of reference yang jelas dan terarah.

Namun demikian, sekadar untuk uraian teknis, maka dalam membicarakan temu karya teater, tak terhindarkan untuk menggunakan istilah pembeda yaitu teater tradisi dan teater modern. Dan keduanya haruslah menjadi sebuah relasi yang saling melengkapi.

Teater modern harus terus bergerak memperlihatkan perkembangannya. Sementara itu roda-roda teater tradisi yang telah berusia ratusan bahkan mungkin merupakan bagian dari kebudayaan ribuan tahun yang silam, haruslah terus hidup bersama masyarakat dan tradisinya.

Akhirnya sebagai langkah kongkret guna pengembangan seni teater di Nusantara dan Jawa Timur khususnya. Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ) Teater RODA Unisda menyelenggarakan TEMU KARYA TEATER VIII JAWA TIMUR 2009.

6 komentar:

  1. masak ce aku ko ndak pernah denger teaater roda maen di makasar.

    BalasHapus
  2. aku bangga dengan teater roda karena telah menjadikanku menjadikan aku sebagai kingdon..bukan kingkong loch..inilah penyelngkup bangsa.(qola_abdussalam Al-kera sakty)

    BalasHapus
  3. terus berjuang, perjuangkan hak hak yang seharusnya sudah kita kita dapatkan......!PERTAHANKAN TERUS SANGGAR KITA SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN

    BalasHapus
  4. salam seni dan budaya,,,,
    dari komunitas teater RODA IDIA Prenduan
    http://www.roda-idia.blogspot.com

    BalasHapus
  5. salam seni dan budaya
    gerak dan langkah kita diperhalus dengan amplas besi.
    he,,, aku jek diaku alumni roda ta?.....

    BalasHapus